15%

RETORIS.ID staff

Martini Ramadhani

01-Aug-2024

Sukuk vs Obligasi Konvensional: Panduan Lengkap Memilih Investasi yang Tepat

Bandingkan Sukuk dan obligasi konvensional dalam analisis komprehensif. Pelajari perbedaan prinsip, risiko, imbal hasil, likuiditas, regulasi, dan perpajakan. Panduan lengkap bagi investor.

sukuk vs obligasi

Dalam dunia investasi yang terus berkembang, Sukuk dan obligasi konvensional menawarkan pilihan menarik bagi para investor. Namun, apa sebenarnya perbedaan mendasar antara keduanya? Mari kita telusuri lebih dalam.

Definisi Sukuk dan Obligasi Konvensional

Sukuk, instrumen keuangan syariah yang semakin populer, memiliki definisi yang unik. Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 18/POJK.04/2015, Sukuk adalah "Efek Syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas aset yang mendasarinya."

Di sisi lain, obligasi konvensional merupakan surat utang yang menjanjikan pembayaran bunga secara periodik serta pokok pada saat jatuh tempo. Perbedaan ini bukan hanya semantik, melainkan mencerminkan filosofi yang berbeda dalam pengelolaan keuangan.

Prinsip Dasar: Syariah vs Konvensional

Sukuk berdiri di atas landasan prinsip syariah yang kokoh. Aset yang menjadi dasarnya tidak boleh bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal. Ini berarti, setiap Sukuk harus memiliki 'underlying asset' yang halal dan bermanfaat.

Obligasi konvensional, sebaliknya, tidak terikat pada prinsip syariah. Mereka bebas berinvestasi di berbagai sektor, termasuk yang mungkin dianggap tidak halal (riba) dalam perspektif Islam.

Namun, apakah perbedaan prinsip ini mempengaruhi kinerja investasi? Mari kita telusuri lebih jauh.

Mekanisme Penerbitan: Kompleksitas vs Kesederhanaan

Penerbitan Sukuk melibatkan proses yang lebih kompleks dibandingkan obligasi.

Penerbitan Sukuk melibatkan beberapa tahapan penting:

  1. Emiten wajib mendapatkan pernyataan kesesuaian syariah dari Dewan Pengawas Syariah atau Tim Ahli Syariah.
  2. Penyusunan perjanjian perwaliamanatan Sukuk yang memuat ketentuan spesifik terkait akad syariah, aset dasar, dan mekanisme pembayaran imbal hasil.
  3. Penggunaan dana hasil penerbitan Sukuk harus untuk kegiatan yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

Struktur Sukuk dapat menggunakan berbagai akad seperti Ijarah, Mudharabah, Musyarakah, atau Wakalah, tergantung pada jenis underlying asset dan karakteristik proyeknya.

Obligasi konvensional, meskipun tetap diatur ketat, memiliki proses yang lebih straightforward. Tidak ada kebutuhan untuk penilaian syariah atau struktur khusus berbasis aset.

Struktur yang berbeda ini memiliki implikasi tersendiri. Sukuk cenderung lebih aman karena didukung aset riil, namun juga bisa kurang fleksibel. Obligasi konvensional mungkin lebih berisiko, tapi memberikan fleksibilitas lebih besar bagi penerbit.

Risiko dan Imbal Hasil: Mana yang Lebih Menguntungkan?

Sukuk, dengan underlying asset-nya, sering dianggap memiliki risiko lebih rendah. Namun, apakah ini berarti imbal hasilnya juga lebih rendah?

Tidak selalu. Data menunjukkan bahwa imbal hasil Sukuk bisa sangat kompetitif. Per Juni 2024, terdapat 249 Sukuk outstanding dengan nilai mencapai Rp 49,52 triliun. Angka ini mencerminkan kepercayaan investor yang tinggi.

Obligasi konvensional, meski mungkin lebih berisiko, juga menawarkan potensi imbal hasil yang menarik. Fleksibilitas dalam penentuan bunga bisa menjadi daya tarik tersendiri.

Namun, perlu diingat: tingkat imbal hasil yang tinggi selalu dibarengi dengan risiko yang setara. Baik Sukuk maupun obligasi konvensional tidak terbebas dari risiko investasi.

Sukuk umumnya mewajibkan adanya jaminan, yang menjadikannya instrumen dengan risiko lebih rendah. Namun, ini bukan tanpa tantangan. Jika terjadi wanprestasi, proses penjualan jaminan bisa memakan waktu, mengingat kompleksitas prosedur hukum dan bisnis yang harus diikuti. Investor perlu mempertimbangkan trade-off antara keamanan yang ditawarkan Sukuk dan potensi tantangan likuiditas dalam skenario terburuk.

Likuiditas: Tantangan Bagi Sukuk?

Salah satu tantangan utama Sukuk adalah likuiditas. Pasar sekunder untuk Sukuk cenderung lebih terbatas dibandingkan obligasi konvensional. Ini bisa menjadi pertimbangan penting bagi investor yang menginginkan fleksibilitas tinggi.

Obligasi konvensional, dengan pasar yang lebih matang, umumnya menawarkan likuiditas lebih tinggi. Namun, apakah ini selalu menjadi keuntungan? Tidak selalu. Volatilitas tinggi juga bisa menjadi risiko tersendiri.

Aspek Regulasi dan Perpajakan: Apakah Ada Perbedaan?

Sukuk diatur secara spesifik oleh POJK 18/2015, sementara obligasi konvensional mengikuti regulasi umum pasar modal. Namun, dari sisi perpajakan, keduanya kini mendapat perlakuan yang setara.

Peraturan Pemerintah 55 Tahun 2019 memberikan insentif fiskal berupa pemangkasan pajak penghasilan (PPh) yang berlaku baik untuk Sukuk maupun obligasi konvensional. Besaran PPh bervariasi, mulai dari 5% hingga 20%, tergantung jenis investor dan instrumen.

Penyetaraan ini mencerminkan komitmen pemerintah dalam mendorong perkembangan pasar keuangan syariah, sekaligus mempertahankan daya saing instrumen konvensional.

Perkembangan Pasar: Siapa Lebih Unggul?

Meski pasar Sukuk menunjukkan pertumbuhan signifikan, ukurannya masih lebih kecil dibanding obligasi konvensional. Namun, apakah ini berarti Sukuk kurang menarik?

Tidak juga. Pertumbuhan pesat Sukuk justru menunjukkan potensi besar ke depan. Dengan semakin banyaknya investor yang mencari alternatif investasi berbasis syariah, Sukuk memiliki ruang pertumbuhan yang luas.

Obligasi konvensional, meski tetap dominan, mungkin akan menghadapi tantangan seiring meningkatnya kesadaran akan investasi etis dan berkelanjutan.

Kesimpulan: Pilihan Ada di Tangan Investor

Sukuk dan obligasi konvensional, masing-masing memiliki kelebihan dan tantangan tersendiri. Pilihan antara keduanya akan sangat bergantung pada profil risiko, tujuan investasi, dan prinsip yang dipegang investor.

Bagi investor Muslim yang ingin patuh pada prinsip syariah, Sukuk menawarkan alternatif yang menarik. Sementara bagi investor yang mengutamakan likuiditas dan fleksibilitas, obligasi konvensional mungkin lebih sesuai.

Yang pasti, baik Sukuk maupun obligasi konvensional memiliki peran penting dalam lanskap investasi modern. Keduanya menawarkan cara unik untuk mendiversifikasi portofolio dan mencapai tujuan finansial.

Namun, perlu diingat: tidak ada investasi yang bebas risiko. Sebelum memutuskan, pastikan untuk melakukan riset mendalam dan, jika perlu, berkonsultasi dengan penasihat keuangan profesional.

Disclaimer: Artikel ini ditujukan untuk memberikan informasi umum dan tidak boleh dianggap sebagai nasihat investasi. Setiap keputusan investasi harus didasarkan pada penelitian pribadi dan konsultasi dengan profesional keuangan yang berkualifikasi.

Referensi

Topik : keuangan
Similar Posts

Komentar (0)

Tinggalkan Komentar

Ikuti Melalui Email

Dapatkan info terbaru, dikirim ke email Anda