ARA dan ARB Saham: Panduan Lengkap Investor Cerdas 2025

RETORIS.ID staff

Martini Ramadhani

26-11-2025

ARA dan ARB Saham: Panduan Lengkap Investor Cerdas 2025

Pernahkah Anda melihat sebuah saham meroket puluhan persen hanya dalam satu hari, lalu bertanya-tanya, "Mengapa harganya berhenti naik?" Atau sebaliknya, menyaksikan saham anjlok tajam hingga tak bisa lagi dijual? Jika ya, Anda baru saja bertemu dengan dua mekanisme paling fundamental di Bursa Efek Indonesia: ARA dan ARB.

Bagi sebagian investor, ARA dan ARB adalah sinyal pesta keuntungan atau sinyal kematian portofolio. Keduanya bisa memberikan imbal hasil fantastis dalam waktu singkat, namun juga membawa risiko kerugian yang sama besarnya. Memahaminya bukan lagi pilihan, melainkan sebuah keharusan jika Anda ingin tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang di pasar modal.

Artikel ini akan membedah tuntas seluk-beluk ARA dan ARB, mulai dari pengertian dasarnya, aturan batas terbaru 2025, hingga strategi cerdas untuk menavigasi saham-saham yang bergerak liar ini. Mari kita mulai.

Membedah Konsep Dasar: Apa Itu ARA dan ARB dalam Dunia Saham?

Bayangkan Anda sedang mengemudi di jalan tol. Ada batas kecepatan maksimum untuk mencegah kecelakaan akibat ngebut, dan ada batas kecepatan minimum agar tidak menghambat lalu lintas. ARA dan ARB bekerja dengan logika serupa di pasar saham. Keduanya adalah mekanisme pembatasan harga yang ditetapkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk menjaga perdagangan tetap wajar dan teratur.

ARA atau Auto Rejection Atas adalah batas kenaikan harga maksimum sebuah saham dalam satu hari perdagangan. Ketika harga saham menyentuh batas atas ini, sistem bursa secara otomatis akan menolak (reject) semua permintaan beli yang diajukan pada harga lebih tinggi. Tujuannya? Mencegah euforia pasar yang berlebihan yang bisa menyebabkan lonjakan harga yang tidak rasional dalam waktu singkat.

Saat saham terkena ARA, Anda akan melihat antrean beli (bid) yang sangat tebal di level harga tertinggi, sementara hampir tidak ada investor yang mau menjual sahamnya.

ARB atau Auto Rejection Bawah adalah kebalikannya. Ini merupakan batas penurunan harga maksimum suatu saham dalam satu hari perdagangan. Jika harga saham anjlok hingga menyentuh batas ini, sistem akan otomatis menolak semua penawaran jual dengan harga yang lebih rendah. Fungsi utama ARB adalah untuk meredam kepanikan jual (panic selling) dan melindungi investor dari kejatuhan harga yang drastis dan tidak terkendali.

Ketika saham mengalami ARB, pemandangannya adalah antrean jual (offer) yang menggunung, sementara peminat beli sangat sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali.

Pada intinya, kedua mekanisme ini diciptakan untuk melindungi investor dan menjaga stabilitas pasar dari fluktuasi harga yang ekstrem.

Aturan Main Berubah: Batas ARA dan ARB Saham Terbaru 2025

Peraturan mengenai batas persentase ARA dan ARB tidaklah statis. BEI secara berkala menyesuaikannya berdasarkan kondisi pasar. Setelah periode pandemi di mana batas ARB dibuat asimetris (lebih kecil dari ARA), BEI melakukan normalisasi secara bertahap.

Pada 4 September 2023, BEI memberlakukan kembali aturan Auto Rejection Simetris, di mana batas atas dan bawah menjadi setara. Aturan tersebut adalah sebagai berikut:

  • Saham harga Rp50 - Rp200: Batas ARA 35% dan ARB 35%
  • Saham harga >Rp200 - Rp5.000: Batas ARA 25% dan ARB 25%
  • Saham harga >Rp5.000: Batas ARA 20% dan ARB 20%

Namun, untuk menjaga volatilitas pasar dan memastikan perlindungan investor, BEI kembali melakukan penyesuaian penting. Efektif mulai Selasa, 8 April 2025, BEI mengubah kebijakan batas ARB.

Berikut adalah aturan ARA dan ARB saham terbaru yang perlu Anda ketahui:

Rentang Harga Saham (Penutupan Hari Sebelumnya) Batas ARA Batas ARB (Efektif 8 April 2025)
Rp50 – Rp200 +35% -15%
>Rp200 – Rp5.000 +25% -15%
>Rp5.000 +20% -15%

Kebijakan ini membuat batas ARB menjadi 15% untuk seluruh rentang harga saham, sementara batas ARA tetap mengikuti fraksi harga sebelumnya.

Bagaimana cara kerjanya? Mari kita lihat contoh sederhana:

  • Contoh ARA: Saham ABC ditutup pada harga Rp1.000 kemarin. Karena berada di rentang >Rp200 - Rp5.000, batas ARA-nya adalah +25%. Maka, harga maksimum yang bisa dicapai hari ini adalah Rp1.000 + (25% x Rp1.000) = Rp1.250. Setiap order beli di atas Rp1.250 akan ditolak sistem.
  • Contoh ARB: Saham XYZ ditutup pada harga Rp4.000 kemarin. Berdasarkan aturan baru, batas ARB-nya adalah -15%. Maka, harga minimumnya hari ini adalah Rp4.000 - (15% x Rp4.000) = Rp3.400. Setiap order jual di bawah Rp3.400 akan ditolak.

Di Balik Layar: Mengapa Sebuah Saham Bisa Terkena ARA atau ARB?

Pergerakan harga ekstrem hingga menyentuh batas auto rejection tentu tidak terjadi tanpa sebab. Ada berbagai faktor fundamental dan sentimen yang bisa menjadi pemicunya.

Penyebab Saham Mengalami ARA:

  1. Kabar Positif atau Katalis Fundamental: Pengumuman kinerja keuangan yang melampaui ekspektasi, laporan tahunan yang menunjukkan pertumbuhan signifikan, berita akuisisi, atau ekspansi bisnis besar-besaran dapat memicu minat beli yang masif.
  2. Sentimen Pasar dan Spekulasi: Terkadang, rumor yang disebarkan oleh influencer atau spekulasi di kalangan komunitas investor bisa menggerakkan harga saham, terutama untuk saham-saham dengan kapitalisasi kecil (sering disebut "saham gorengan").
  3. Aksi Korporasi: Momen-momen seperti penawaran umum perdana (IPO) atau menjelang cum date (tanggal terakhir investor berhak mendapatkan dividen atau hak lainnya) seringkali diiringi dengan lonjakan permintaan.
  4. Aktivitas Market Maker: Pihak-pihak dengan modal besar dapat secara aktif menggerakkan harga saham untuk menciptakan momentum beli.

Penyebab Saham Mengalami ARB:

  1. Sentimen Negatif: Berita buruk seperti laporan keuangan yang anjlok, penurunan kinerja, pemecatan direksi, atau skandal perusahaan dapat memicu investor untuk menjual sahamnya besar-besaran.
  2. Kepanikan Pasar (Market Crash): Kondisi makroekonomi yang memburuk atau gejolak pasar global bisa menyebabkan kejatuhan indeks secara keseluruhan, yang kemudian menyeret turun hampir semua saham.
  3. Aksi Jual Masif: Investor institusional atau individu yang melepas kepemilikan dalam jumlah sangat besar dapat memberikan tekanan jual yang luar biasa pada suatu saham.

Peluang vs. Jebakan: Haruskah Anda Berinvestasi di Saham ARA dan ARB?

Ini adalah pertanyaan bernilai jutaan dolar. Saham yang sering mengalami ARA dan ARB memang menawarkan potensi keuntungan puluhan persen dalam sehari. Namun, di balik peluang tersebut, tersembunyi risiko yang sama besarnya.

Saham-saham tipe ini cenderung memiliki karakteristik tertentu: kapitalisasi pasar kecil dan tingkat likuiditas yang rendah. Karakteristik ini membuatnya rentan terhadap pergerakan harga yang ekstrem dan manipulasi oleh "bandar" atau pelaku pasar bermodal besar.

Lalu, saham ARB apakah bisa naik lagi? Jawabannya, tentu saja bisa. Bagi sebagian investor, kondisi ARB justru dilihat sebagai peluang untuk membeli saham fundamental bagus dengan “harga diskon”. Strateginya adalah menunggu harga menyentuh batas bawah dan menunjukkan tanda-tanda pembalikan arah (reversal) secara teknikal sebelum masuk. Namun, ini adalah strategi berisiko tinggi. Salah perhitungan bisa membuat Anda terjebak dalam penurunan harga yang berlanjut berhari-hari.

Di sisi lain, mengejar saham yang sedang ARA (riding the wave) juga berbahaya. Sebuah saham yang mengalami ARA berhari-hari bisa tiba-tiba berbalik arah dan mengalami ARB karena harganya sudah dianggap terlalu tinggi. Tanpa strategi keluar yang jelas, keuntungan bisa berubah menjadi kerugian dalam sekejap.

5 Strategi Cerdas Menghadapi Saham ARA dan ARB

Berinvestasi pada saham yang volatil membutuhkan lebih dari sekadar keberanian; ia menuntut kecermatan dan disiplin. Berikut adalah lima strategi yang dapat membantu Anda mengambil keputusan yang lebih rasional.

1. Lakukan Analisis Mendalam, Jangan Ikut-ikutan
Sebelum menekan tombol buy atau sell, lakukan riset Anda sendiri. Lakukan analisis fundamental untuk memahami kesehatan perusahaan dan analisis teknikal untuk mengetahui momentum harga. Ini akan membantu Anda menentukan kapan waktu yang tepat untuk masuk dan keluar pasar, bukan sekadar panik atau FOMO (fear of missing out).

2. Periksa Kapitalisasi Pasar (Market Cap)
Untuk menghindari jebakan "saham gorengan", selalu periksa kapitalisasi pasar saham tersebut. Caranya sederhana: kalikan harga saham saat ini dengan total jumlah saham yang beredar. Semakin besar nilai kapitalisasi pasarnya, semakin kuat fundamentalnya dan semakin sulit untuk dimanipulasi oleh bandar.

3. Miliki Trading Plan yang Jelas
Jangan pernah masuk ke pasar tanpa rencana. Tentukan di level harga berapa Anda akan mengambil keuntungan (take profit) dan di level berapa Anda akan membatasi kerugian (cut loss). Disiplin pada rencana ini akan menyelamatkan Anda dari keputusan emosional saat harga bergerak tidak sesuai prediksi.

4. Diversifikasi Portofolio Anda
Ini adalah aturan emas dalam investasi. Hindari menempatkan seluruh dana Anda hanya pada satu atau dua saham yang volatil. Dengan menyebar investasi Anda ke berbagai saham dan sektor, dampak negatif dari satu saham yang mengalami ARB tidak akan menghancurkan seluruh portofolio Anda.

5. Tetap Tenang dan Rasional
Pasar saham seringkali digerakkan oleh dua emosi: keserakahan dan ketakutan. Saat saham mengalami ARA atau ARB, tekanan emosional meningkat drastis. Investor yang sukses adalah mereka yang bisa tetap tenang, berpikir jernih, dan berpegang teguh pada analisis serta rencana yang telah dibuat.

Menavigasi Volatilitas dengan Pengetahuan

ARA dan ARB adalah mekanisme esensial yang menjaga keteraturan pasar saham Indonesia. Keduanya bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, melainkan dipahami. Mereka berfungsi sebagai sinyal adanya pergerakan harga yang luar biasa, yang bisa berarti peluang atau bahaya.

Kunci untuk mengubah volatilitas menjadi keuntungan terletak pada persiapan Anda. Dengan membekali diri dengan pengetahuan yang solid, melakukan analisis yang cermat, dan menjalankan strategi manajemen risiko yang disiplin, Anda dapat mengambil keputusan yang lebih cerdas dan rasional.

Pada akhirnya, pasar tidak dapat Anda kendalikan, tetapi keputusan investasi Anda sepenuhnya berada di tangan Anda.

Artikel yang serupa