Apa Itu ROA? Rumus, Fungsi, dan Analisis Lengkap Aset

RETORIS.ID staff

Martini Ramadhani

03-11-2025

Apa Itu ROA? Rumus, Fungsi, dan Analisis Lengkap Aset

Anda sedang menganalisis laporan keuangan dan melihat sebuah perusahaan mencetak laba bersih triliunan rupiah. Impresif, bukan? Namun, apakah laba yang besar itu otomatis menjadikannya investasi yang cerdas? Belum tentu. Laba besar bisa saja dihasilkan dari aset yang juga luar biasa besar, yang menandakan efisiensi yang rendah.

Di sinilah Return on Asset (ROA) berperan. Metrik ini tidak hanya bertanya, "Berapa banyak keuntungan yang dihasilkan?" tetapi lebih penting lagi, "Seberapa efisien perusahaan menggunakan semua sumber dayanya untuk menghasilkan keuntungan itu?"

Bagi investor berpengalaman, ROA adalah salah satu indikator krusial yang pertama kali dilihat saat membedah kesehatan finansial sebuah perusahaan. Memahami ROA akan memberikan Anda lensa yang lebih tajam untuk membedakan mana perusahaan yang benar-benar efisien dan mana yang hanya besar.

Membedah Konsep Return on Asset (ROA)

Secara sederhana, Return on Asset (ROA) adalah rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari total aset yang dimilikinya. Aset di sini mencakup segalanya—mulai dari kas, pabrik, mesin, hingga inventaris—yang didanai baik oleh modal pemegang saham (ekuitas) maupun utang (liabilitas).

Bayangkan dua orang koki. Koki A memiliki dapur canggih senilai Rp500 juta dan menghasilkan keuntungan Rp50 juta sebulan. Koki B, dengan dapur sederhana senilai Rp100 juta, mampu menghasilkan keuntungan Rp20 juta sebulan.

Siapa yang lebih efisien? Sekilas, Koki A menghasilkan lebih banyak uang. Namun, ROA akan menunjukkan bahwa Koki B jauh lebih efisien dalam mengubah asetnya (peralatan dapur) menjadi keuntungan. Inilah inti dari analisis ROA: menilai efektivitas manajemen dalam memanfaatkan setiap rupiah aset yang dipercayakan kepada mereka.

Mengapa ROA Penting? 4 Fungsi Strategisnya bagi Bisnis dan Investor

ROA bukan sekadar angka persentase dalam laporan keuangan. Ia memiliki fungsi strategis yang sangat vital.

  1. Mengukur Efisiensi Internal
    Fungsi utama ROA adalah untuk mengevaluasi seberapa efisien manajemen memanfaatkan modal dan aset perusahaan. Apakah aset yang dimiliki sudah bekerja maksimal untuk menghasilkan laba, atau justru ada banyak sumber daya yang tidak produktif? Jawaban dari pertanyaan ini menjadi dasar evaluasi kinerja internal.
  2. Analisis Kompetitor yang Objektif
    ROA memungkinkan perbandingan apple-to-apple antara perusahaan dalam industri yang sama. Dengan membandingkan rasio ROA, Anda bisa mengetahui posisi perusahaan relatif terhadap kompetitornya: apakah berada di atas, di bawah, atau setara. Analisis ini membantu mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan kompetitif perusahaan.
  3. Dasar Penyusunan Strategi Masa Depan
    Hasil perhitungan ROA menjadi bahan evaluasi krusial. Jika ROA rendah, manajemen dapat menganalisis apa yang perlu diperbaiki. Mungkin ada aset yang kurang produktif yang perlu dijual, atau mungkin proses operasional perlu diefisienkan. Dengan demikian, ROA menjadi landasan untuk menyusun strategi bisnis selanjutnya.
  4. Menarik Minat Investor
    Bagi investor, ROA yang tinggi adalah sinyal yang sangat menarik. Ini menandakan bahwa perusahaan mampu menghasilkan keuntungan besar dengan modal seminimal mungkin. Perusahaan dengan ROA yang konsisten tinggi cenderung lebih menarik untuk disuntikkan modal karena dianggap mampu memberikan imbal hasil yang baik atas setiap aset yang dikelolanya.

Rumus ROA: Cara Menghitung Efisiensi Aset Perusahaan

Menghitung ROA sebenarnya cukup sederhana. Anda hanya memerlukan dua komponen dari laporan keuangan: Laba Bersih dan Total Aset.

Rumus untuk menghitung ROA adalah:

ROA = (Laba Bersih / Total Aset) x 100%

  • Laba Bersih (Net Profit): Angka ini dapat ditemukan di bagian bawah laporan laba rugi. Ini adalah laba setelah dikurangi semua biaya, termasuk bunga dan pajak.
  • Total Aset: Angka ini tercantum dalam laporan neraca (balance sheet). Ini adalah jumlah dari semua aset yang dimiliki perusahaan.

Hasilnya akan disajikan dalam bentuk persentase. Semakin tinggi persentase ROA, semakin efisien perusahaan tersebut dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan laba.

Contoh Perhitungan ROA dalam Skenario Nyata

Mari kita kembali ke contoh dua perusahaan untuk melihat bagaimana ROA bekerja dalam praktik.

  • Perusahaan X: Memiliki total aset Rp500 miliar dan menghasilkan laba bersih Rp50 miliar.
  • Perusahaan Y: Memiliki total aset Rp300 miliar dan menghasilkan laba bersih Rp40 miliar.

Jika hanya melihat laba bersih, Perusahaan X tampak lebih unggul. Namun, mari kita hitung ROA masing-masing:

  • ROA Perusahaan X = (Rp50 Miliar / Rp500 Miliar) x 100% = 10%
  • ROA Perusahaan Y = (Rp40 Miliar / Rp300 Miliar) x 100% = 13,3%

Hasilnya menunjukkan bahwa Perusahaan Y, meskipun memiliki laba dan aset yang lebih kecil, ternyata jauh lebih efisien dan produktif dalam menghasilkan keuntungan dari asetnya. Ini adalah wawasan yang tidak akan Anda dapatkan jika hanya berfokus pada angka laba bersih.

ROA vs ROE: Pertarungan Dua Metrik Profitabilitas

Dalam analisis keuangan, ROA seringkali disandingkan dengan Return on Equity (ROE). Keduanya penting, tetapi mengukur hal yang berbeda.

  • ROA (Return on Asset): Mengukur seberapa efisien perusahaan menghasilkan laba dari seluruh asetnya (dibiayai dari utang + ekuitas).
  • ROE (Return on Equity): Mengukur seberapa efisien perusahaan menghasilkan laba hanya dari modal yang disetor oleh pemegang saham (ekuitas).

Perbedaan utamanya terletak pada utang. ROA memasukkan aset yang didanai utang dalam perhitungannya, sedangkan ROE tidak. Sebuah perusahaan dengan utang yang sangat tinggi bisa memiliki ROE yang terlihat fantastis karena basis ekuitasnya kecil. Namun, ROA-nya mungkin tidak begitu mengesankan karena total asetnya besar.

Oleh karena itu, membandingkan ROA dan ROE memberikan gambaran lengkap tentang bagaimana perusahaan menggunakan leverage (utang) untuk mendongkrak profitabilitas bagi pemegang saham.

Batasan dan Kelemahan Analisis ROA

Meskipun sangat berguna, ROA memiliki beberapa batasan yang perlu Anda waspadai:

  • Pengaruh Inflasi: ROA bisa terdistorsi saat terjadi inflasi. Nilai aset di neraca dicatat berdasarkan harga perolehan historis, sementara laba mencerminkan harga penjualan saat ini. Hal ini dapat membuat ROA tampak lebih tinggi dari yang sebenarnya.
  • Metode Depresiasi: Perusahaan yang menggunakan metode depresiasi dipercepat (accelerated depreciation) akan memiliki nilai buku aset yang lebih rendah, yang secara artifisial dapat meningkatkan angka ROA.
  • Potensi Manipulasi: Angka laba bersih bisa dimanipulasi oleh manajemen, misalnya dengan menunda pengeluaran tertentu untuk meningkatkan keuntungan sesaat, yang pada akhirnya memengaruhi perhitungan ROA.

Kesimpulan: Menggunakan ROA sebagai Lensa Analisis yang Tajam

Return on Asset (ROA) adalah alat yang sangat kuat untuk melampaui analisis laba yang dangkal. Ia memberikan gambaran jernih tentang efisiensi operasional dan kehebatan manajemen dalam mengubah setiap aset menjadi keuntungan.

Namun, ROA tidak boleh berdiri sendiri. Untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif, selalu bandingkan ROA dengan rata-rata industri, tren historis perusahaan, dan metrik penting lainnya seperti Return on Equity (ROE). Dengan begitu, Anda dapat membuat keputusan investasi yang lebih terinformasi dan cerdas.

Artikel yang serupa